Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Deteksi Dini Bisa Cegah Kematian Akibat Kanker Serviks

WARTAPAGI.id - Pedangdut Julia Perez atau yang sering disapa Jupe menderita kanker serviks dalam jangka waktu yang cukup lama. Berbagai usaha medis telah Ia tempuh, namun ternyata takdir berkata lain. Dikutip dari detikHOT (10/6/2017) mantan istri Gaston Castano itu telah meninggal dunia akibat kanker serviks yang diidapnya.


Perlu diketahui bahwa kanker serviks menempati urutan kedua penyebab kematian pada perempuan di Indonesia. Namun kesadaran masyarakat akan bahaya kanker serviks masih terbilang sangat kurang. Padahal jika tidak ingin seperti Jupe, maka harus dilakukan deteksi sedini mungkin.

Deteksi kanker serviks dapat dilakukan melalui papsmear maupun IVA (Inspeksi Vagina dengan Asam Asetat).

"Tes IVA itu sangat cepat dan mudah, bisa dilakukan kapan saja juga. Termasuk sebelum dan sesudah haid," tutur dr Unedo, SpOG(K)Onk dari RSUD WZ Yohanes Kupang kepada detikHealth beberapa waktu lalu.

Sedikit berbeda dengan IVA, metode pemeriksaan papsmear umumnya memiliki syarat lebih banyak. Salah satunya adalah tidak dilakukan saat sedang haid. Bahkan beberapa hari sebelumnya dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu.

"Lalu kalau IVA kan hanya pakai asam asetat, ini prosesnya mudah. Sementara papsmear pakai metode usapan mulut rahim dan harus dilakukan oleh ahlinya. Tapi apapun pilihan metode yang dipilih, keduanya sama-sama dianjurkan untuk deteksi dini kanker serviks," imbuh dr Unedo.

Pencegahan juga bisa dilakukan lewat pemberian vaksin, dimana saja dan kapan saja. Kendati demikian, diingatkan dr Antony Atmadja, SpOG dari RS Mitra Keluarga Bekasi, vaksin saja tidak menjamin seseorang aman 100 persen dari kanker serviks.

"Karena vaksin yang ada untuk virus HPV tipe 16 dan tipe 18, yang mana tipe ini bersama-sama menyebabkan 87,6 persen kasus di Indonesia. Sementara itu, masih ada 38 tipe virus HPV lainnya," jelas dr Antony.

Vaksin HPV bisa diberikan pada anak perempuan di usia 9-14 tahun yang belum aktif secara seksual. Ada dua dosis yang diberikan di dua waktu yang berbeda. Suntikan kedua diberikan dengan jeda 5-13 bulan setelah dosis pertama.

Sedangkan vaksin untuk perempuan usia 15-25 tahun harus diberikan lengkap yang terdiri dari 3 dosis. Dosis kedua diberikan 1-25 bulan setelah dosis pertama diberikan. "Di Indonesia vaksin ini disarankan dilakukan sampai usia 55 tahun," tambahnya.

"Sejauh ini setelah dosis lengkap diberikan tidak perlu ada booster atau pemberian ulang," imbuhnya.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek menimpali, biaya deteksi dini kanker serviks dengan papsmear atau IVA di Indonesia sendiri sudah terjangkau. Bila papsmear atau IVA dilakukan, jumlah pasien kanker serviks bisa berkurang, begitu pula dengan stadiumnya. Karena jika sudah mencapai stadium tinggi, maka peluang kematiannya juga menjadi tinggi.

Widiya Wiyanti - detikHealth